MABM Kalbar
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
MABM KalbarMABM Kalbar
Font ResizerAa
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
Search
  • Berita
  • Sastra
  • Seni
  • Kuliner
  • Tradisi
  • Kolom
  • Pustaka
Follow US
Home » Beranda » Kuda Lumping Di Tanah Perantauan
BudayaJurnalisme WargaKulinerSastraSeni

Kuda Lumping Di Tanah Perantauan

MABMKalbar
Last updated: January 1, 2021 12:00 am
MABMKalbar
Share
SHARE

June 2, 2019
Budaya, Jurnalisme Warga
Tinggalkan Komentar
1,106 Views

Artikel Terkait


kerupuk basah

Kerupuk Basah, Penganan Andalan Kapuas Hulu


bubur pedas

Bubur Pedas, Rajanya Bubur di Kalimantan Barat



Asal Mula Nama Teluk Keramat

Oleh Fitri Aprilliyah

Pontianak-
-Liuk gemulai gerakan tubuh, diiringi suara rancak gamelan yang mendayu-dayu. Letusan kecil ayunan pecut membuat suasana pertunjukan jaranan atau kuda lumping membuat ratusan pengunjung tak beranjak dari tempatnya.
Adat kesenian tradisional jaranan tersebut digelar masyarakat khususnya suku Jawa dalam acara khitanan di jalan 28 Oktober, Pontianak, Ahad, 5 Mei 2013. Namun sangat disayangkan seiring kemajuan zaman, seni luhur warisan nenek moyang kita itu harus timbul tenggelam ditelan zaman. Masyarakat sekarang banyak yang lebih melirik dan menggandrungi hiburan organ tunggal ketimbang kesenian tradisional jaranan.
“Hanya sedikit warga Jawa yang menjadikan jaranan ini sebagai salah satu acara dalam pernikahan dan acara lainnya. Mereka lebih memilih hiburan yang penuh dengan hiruk pikuk musik dan lagu-lagu. Mungkin  kerena jaranan ini sudah tua sehingga dianggap kuno atau mungkin memang sudah tidak diminati lagi. Padahal, kesenian tradisional ini sangat bagus. Selain melestarikan kesenian tradisional, kesenian ini juga sebagai salah satu pemersatu suku Jawa terutama yang ada di perantauan seperti di Pontianak ini,” ujar pak Tardi, penyelenggara acara Kuda Lumping di sela pertunjukan jaranan tersebut.
Lanjut Pak Tardi, selama ini masyarakat yang memiliki kegiatan lebih memilih meramaikannya dengan menggelar hiburan Organ Tunggal. Namun setelah ia dan beberapa tokoh masyarakat Jawa membuka kesenian jaranan, sebagian besar warga yang ada di wilayahnya mulai menjadikan kesenaian tersebut sebagai sarana untuk meramaikan setiap acara.
Walaupun acara ini berasal dari suku Jawa, namun masyarakat dari suku lain juga terlihat tertarik dan antusias bila acara ini diselenggarakan.  Terbukti dari banyaknya penonton yang melihat kesenian ini. Bukan hanya masyarakat Jawa yang menyukainya, ternyata generasi dari suku lain juga tidak mau ketinggalan bila ada acara kesenian seperti ini, tandasnya.
Kesenian jaranan ini tidak membutuhkan biaya yang mahal, namun bergantung dari orang yang punya hajat. “Jika mereka meminta dua hari pertunjukan digelar maka akan kita lakukan dan lokasi juga dapat menentukan besar kecilnya biaya. Namun, biaya ongkosnya maksimal kita tentukan sekitar 2,5 juta,” ucapnya.

Meski terlihat seperti orang kesurupan, lanjut Pak Tardi. Namun, para penari jaranan tidak ada yang membahayakan penonton bahkan dari jarak dekat sekalipun. Semuanya sudah diatur sedemikian rupa dengan adanya penjaga para penari yaitu pawang. Karena pawang dapat mengendalikan para penari jika terjadi sesuatu yang dianggap di luar kendali.

Bagikan
  • Facebook
  • Twitter
  • Google +
  • LinkedIn



Share This Article
Facebook Copy Link Print
Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

FacebookLike
InstagramFollow
YoutubeSubscribe

Terpopuler Hari Ini

You Might Also Like

Upacara Adat Melayu; Dari Lahir hingga Pelaminan

7 Min Read

Chairil Effendy: FSBM IX Siap Digelar

3 Min Read

Sepak Bola Dalam Cultural Studies

21 Min Read

Smanti Gelar Pensi Bertema Film Box Office

5 Min Read

Interaksi

Instagram Facebook-f Youtube

Kompleks Rumah Melayu, Jl. Sutan Syahrir, Pontianak, Kalimantan Barat

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?